Pages

Selasa, 18 November 2014

Siku Sudut Unik Candi Dadi Tulungagung

Inilah candi unik memukau di puncak bukit. Boleh dibilang satu satunya di Indonesia. Jalur menuju candi sejauh tiga kilometer dari kaki bukit hanya dapat ditempuh jalan kaki. Sebagaimana jalur pendakian gunung, jalur menuju lokasi candi unik ini berupa jalan setapak, di beberapa tempat memiliki trek terjal terutama di dua ratus meter menjelang puncak.
Dalam keadaan normal, dari kaki bukit sampai lokasi candi, membutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan jalan kaki. Jika sepanjang perjalanan banyak ngaso lihat pemandangan kanan kiri yang memang cukup mengasikkan, tentu saja waktu tempuh jadi molor. Bagi yang biasa naik gunung atau lintas alam tentu enteng melibas jalur di punggung bukit menuju candi. Tapi bagi yang tidak biasa olahraga jalan kaki sudah barang tentu bakal ngos ngosan.
Candi unik menakjubkan ini bernama candi Dadi. Letaknya persis di puncak segunduk bukit yang masuk jalur pengunungan Walikukun, Tulungagung bagian selatan. Secara administrative candi ini masuk dusun Kedungjalin, desa Wajak Kidul, kecamatan Boyolangu, Tulungagung.
14060047541880493363
Sisi Barat candi Dadi
1406004854885822861
sudut Baratdaya candi Dadi
Dari arah perbukitan Sanggrahan di kaki bukit sampai puncak candi Dadi sebenarnya masih ada 3 candi lain, yaitu candi urung, candi Buto, candi Gemali. Tapi ketiganya tinggal runtuhan batuan. Lokasi yang dikenal sebagai Candi Gemali kini hanya tersisa batu berbentuk Lingga.
Menurut Andi, petugas museum Wajakensis Tulungagung, penamaan candi Dadi dan tiga candi lainnya bukan berasal dari dunia arkeologi melainkan dari cerita masyarakat sekitar yang berkembang melalui getok tular turun temurun sampai sekarang. Sebagaimana peninggalan candi di daerah lain seperti candi Prambanan, candi Dadi dan tiga kawannya itu terbungkus cerita tutur tinular yang berkembang dalam masyarakat.
Dulu ada seorang pangeran melamar seorang putri di dusun Kedungjalin. Singkat kata lamaran itu diterima dengan sarat harus membangun sebuah candi dalam waktu semalam atau selesai pembangunan sebelum matahari pagi. Pangeran itu menyanggupi dan ternyata hampir merampungkan pembangunan candi ketika waktu yang ditentukan masih tersisa lama. Karena sejak awal ingin menolak lamaran, sang putri cemas dan coba cari akal bagaimana pembangunan candi itu gagal. Menjelang pagi sang putri sang putri mengumpulkan kaum perempuan desa Kedungjalin ramai membunyikan lesung. Pangeran terkejut mengira waktu sudah pagi. Ia marah dan meruntuhkan candi yang belum rampung. Itulah sebab masyarakat kelak menyebut runtuhan candi ini sebagai candi Urung atau candi Wurung, artinya batal atau tidak jadi.
Kemudian penamaan candi Buta berdasarkan kepercayaan masyarakat sekitar bahwa di lokasi itu sebenarnya ada sebuah arca raksasa yang sangat besar tapi disembunyikan oleh penunggu gaib di situ sehingga sekarang tidak kelihatan mata awam.
Kemudian di timur candi Buta adalah candi Gemali atau lingga Gemali. Tidak ada yoninya. Lingga adalah lambing kesuburan seorang lelaki. Ini terkait cerita tutur tinular masyarakat bahwa dulu dusun Kedung jalin kaum perempuan pernah terkena kutukan yaitu para perawan tidak akan menikah sebelum mencapai usia tua. Kiranya itu yang menyebabkan dibangu lingga sebagai lambing kesuburan.
Kemudian penamaan candi Dadi karena candi inilah satu satunya yang utuh jadi sehingga dinamakan candi Dadi atau jadi. Sampai sekarang candi unik ini memang boleh dikata masih utuh dan asli.
Candi Dadi memang unik. Pertama karena letaknya di puncak bukit atau berada di tempat tertinggi. Menurut Andi, ini berkaitan dengan pemahaman kebudayaan Hindu dimana daerah tinggi atau gunung dipandang sebagai tempat paling suci persemayam para dewa.
Sementara berdasarkan bentuk fisik, masih menurut Andi, candi Dadi sangat unik karena bentuknya merupakan kombinasian dua kebudayaan yang berbeda, Hindu dan Budha. Jika melihat samping kaki candi dalam jarak 50 meter, bentuknya seperti bangunan kerajaan Tiongkok penganut Budha. Lalu pada bagian pojok candi, cenderung pada kebudayaan Hindu. Hanya secara keseluruhan yang lebih mendominasi adalah pengaruh kebudayaan Budha.
1406005259651391125
1406005294914986169
14060053311048936796
14060053761468147710
Hanya dengan kondisi seperti ini apa adanya, kata mas Andi, para wisatawan asing hampir semua menyebut candi Dadi sebagai peninggalan sejarah yang sangat menakjubkan. Sebagai candi yang luarbiasa dilihat dari fisiknya, siku sudutnya. Jika difoto dari atas, wisatawan asing takjub melihat siku sudut candi Dadi. Mereka terutama juga sangat terpukau dengan sumuran candi Dadi.
Yang paling menarik dan sangat mungkin ini satu satunya di Indonesia adalah candi Dadi punya lobang di bagian atas dengan diameter dan kedalaman sangat simetris sama. Diameter lobang atau sumuran ini sepanjang 3, 4m dan kedalaman sekitar 3,5m.
Bagian atas candi Dadi berbetuk segi delapan. Lobang sumuran berada di tengah segi delapan. Jika musim hujan, ait tidak pernah menggenangi sumuran. Air selalu terserap ke bawah. Masyarakat percaya bahwa sumuran candi Dadi tembus ke pantai selatan.
14060049901264041697
14060050291310136205
14060050791672800842
Terkait fungsi lubang sumuran candi Dadi, Andi menyampaikan sampai sekarang masih ada beragam pendapat atau belum dapat dipastikan benar fungsi sesungguhnya. Dari beberapa kunjungan tim arkeologi Trowulan, menyebutkan candi Dadi fungsinya seperti yoni. Sehingga diperkirakan dulu ada lingga ditaruh di lubang sumuran itu. Tentu lingga yang sangat raksasa jika dugaan itu benar.
Ada pula pendapat candi Dadi digunakan sebagai tempat pembakaran mayat. Pendapat ini berasal dari arkeolog Belanda Stuterheim.
Kapan pembangunan candi Dadi tidak jelas karena tidak pernah ditemukan jejak angka tahun di sekitar candi. Cuma banyak pendapat menyatakan bahwa candi Dadi dibangun pada masa Majapahit. Sementara tim sejarah dari Save Trowulan yang sempat mengunjungi candi Dadi beberapa waktu silam mengindikasikan candi Dadi sudah dibangun pada masa karesian atau sejak berkembang kerajaan Panjalu Kediri.
Sejak awal, candi Dadi belum pernah ada konservasi apapun atau belum pernah ada pemugaran. Bentuk yang sekarang terlihat masih asli seperti dulu. Jikapun diadakan pemugaran, posisi tempat ini tidak memungkinkan kalau diadakan pemugaran. Air di sini sulit pengadaannya, harus turun jauh. Untuk pemugaran butuh batu, juga susah.
Untuk naik candi Dadi lihat sumur atau tengok siku sudut candi, harus pakai alat berupa tangga buatan dari bambu. Candi Dadi memang tidak punya tangga naik.

1406005619512538600
Mas Andi yang merupakan pegawai museum Wajakensis Tulungagung dalam seminggu naik candi Dadi empat hari, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. Hari Senin dan Selasa masuk kantor. Bagi calon pengunjung dari luar kota, jika ingin naik candi Dadi mengisap keunikan dan pukauannya, sebaiknya menghubungi Andi untuk memandu perjalanan dan tentu saja siap jadi tukang cerita jika para pengunjung bertanya tentang candi Dadi.

0 komentar:

Posting Komentar

Search