Pages

Minggu, 23 November 2014

Bagaimana Menjadi Fotografer yang Sukses?

Menjadi fotografer yang sukses sebenarnya resepnya sama dengan bagaimana menjadi sukses di profesi lainnya. Saat menimba ilmu di Bucknell University, Pennsylvania, PA, salah satu profesor saya Bill Gruver mengatakan supaya sukses ada tiga pilar penting yang harus kita kendalikan dan ada faktor eksternal yang harus kita waspadai. Pilar-pilar itu adalah: Kualitas, ketrampilan berpolitik, kepercayaan dan keberuntungan.
Sebelumnya tentu kita harus mendefinisikan sukses. Sukses bagi orang beda-beda, tapi pada umumnya adalah memiliki kehidupan yang bahagia dan sejahtera tanpa kekurangan apa-apa, dan bisa mengaktualisasikan diri, dalam arti memaksimalkan potensi dalam diri dan mengerjakan apa yang kita kita sukai dalam hidup kita.

Pilar I: Kualitas

Sulit membayangkan seseorang bisa sukses dengan kualitas produk yang jelek. Maka itu, seni dan teknik harus kita pelajari dan asah, baik teknik fotografi maupun editing. Terkadang, kita telah berusaha maksimal dan merasa produk/foto kita sangat bagus, tapi laku tidaknya semua tergantung dari persepsi pemirsa. Maka itu review dari photo editor, fotografer yang berpengalaman dan klien/calon pembeli sangat penting.
Semakin banyak orang yang masuk ke dalam dunia fotografi karena mudah dan terjangkaunya alat-alat fotografi dan banyaknya jalur untuk belajar fotografi, maka setiap tahun jumlah fotografer yang memasuki ranah profesional akan meningkat secara berlipat. Jika tidak ada kualitas yang unik dari karya-karya Anda, tentunya akan makin sulit mendapatkan pekerjaan baru atau sekedar mempertahankan yang ada, karena realitasnya, kalau kualitas Anda beda-beda tipis dengan yang lain, klien akan memilih harga yang termurah yang bisa diperoleh.
Kualitas teknik yang sempurna seperti membuat foto yang tajam, warna yang cerah dan sebagainya tentunya tidak cukup dan kadang tidak relevan. Kualitas teknik harus dipadukan dengan kualitas seni, dan memang paling sulit membahas tentang kualitas seni, karena seni sendiri sesuatu yang tidak terlepas dari pro dan kontra. Sebagian orang akan suka karya Anda, tapi sebagian besar yang lain tidak akan suka. Triknya adalah mencari klien/pembeli yang menyukai gaya Anda, ntah itu teknik fotografi-nya dan/atau olah digitalnya.

Pilar II: Ketrampilan berpolitik

Mendengar kata Politik kadang membuat  seram, karena reputasi dunia politik yang penuh dengan trik dan keculasan. Tidak sering kita dengar istilah dunia politik itu kotor. Tapi maksud saya dengan politik adalah kualitas hubungan antar manusia. Kebanyakan job fotografi yang akan Anda terima adalah karena rekomendasi dari orang-orang yang Anda kenal. Jika Anda adalah orang yang tidak menyenangkan tentunya sulit bagi orang lain untuk merekomendasikan Anda.
Pilar ini juga mempertimbangkan tentang seberapa pintar Anda dalam berinteraksi dengan orang lain, apakah Anda seorang extrovert? Jika iya, Anda mendapat nilai plus. Orang yang extrovert nyaman berinteraksi dengan orang lain, nyaman berada di dalam kondisi yang ramai. Lebih lagi, lebih mudah bekerjasama dengan tim dan orang banyak.
Jika memiliki ketrampilan berinteraksi yang baik dengan orang lain, Anda akan bisa mendapatkan job-job yang unik dan/atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Pilar III: Kepercayaan

Calon klien akan bertanya dalam hati “Apakah fotografer ini bisa diandalkan?” Jika jawabanya iya, berarti Anda lulus pilar yang ini. Kepercayaan adalah faktor yang tidak kalah penting dari dua pilar diatas. Menumbuhkan kepercayaan itu mudah sebenarnya tapi perlu bekerja keras. Kunci dari mendapatkan kepercayaan adalah konsistensi, memenuhi harapan dan janji, dan otentisitas.
Yang saya maksud dengan konsistensi adalah seberapa sering dan rutin Anda berkarya. Contohnya saya menulis blog ini rata-rata dua tulisan seminggu, dan setiap hari saya memeriksa dan membalas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan melalui kotak komentar. Kegiatan itu sudah menjadi rutinitas dan kebiasaan saya, hanya kalau saya sakit, sedang tour foto atau keluar kota untuk mengajar, saya tidak sempat memeriksa komentar dan menulis. Tidak sulit bagi saya untuk menulis, tapi yang sulit adalah duduk dan memulai mengetik.
Dalam konteks fotografi, berapa sering Anda motret? baik dibayar atau tidak. Dengan memiliki waktu yang konsisten dalam memotret, intuisi akan meningkat dan alhasil karya foto juga akan lebih baik dari sebelumnya.
Kebanyakan orang menebarkan janji-janji yang kadang muluk-muluk kepada klien, dan sebenarnya janji itu mudah dan menarik. Tapi janji juga sebuah hutang, dengan menebarkan janji tapi tidak melaksanakannya ya sama saja bohong, dan itu akan berakibat ke karir Anda dikemudian harinya.
Kebanyakan klien tidak akan peduli dengan prestasi, penghargaan atau jumlah sertifikat yang Anda peroleh, tapi lebih peduli “Apa yang bisa saya dapatkan darinya” Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar manusia peduli dengan diri sendiri dan kebutuhannya. Mereka akan bertanya-tanya, apakah fotografer ini bisa melakukan tugas dengan baik dan memenuhi harapan saya? Jika jawabannya tidak, maka meskipun Anda adalah seorang yang sangat supel dan menarik, tapi tidak akan mendapatkan pekerjaan tersebut.
Satu hal lagi yang menurut saya tidak rumit, tapi kebanyakan orang menghindarinya adalah menjadi pribadi yang otentik. Sederhananya orang yang otentik menyadari dirinya tidak sempurna, dan tidak segan-segan untuk terbuka kepada orang lain. Lawan kata otentik mungkin yang mendekati adalah munafik. Orang yang otentik tidak kuatir harus jaga muka, yang selalu mementingkan bagian luar terlihat bagus, dalamnya bobrok gak apa-apa.
Menurut saya seniman yang berpeluang untuk sukses adalah seniman yang otentik, mereka berani jujur dengan orang lain kelebihan dan kelemahan mereka, tidak takut dikritik atau mendapatkan like sedikit di facebook. Karya-karya foto mereka sangat kreatif dan sangat berbeda dengan aturan-aturan yang baku yang disukai oleh sebagian besar masyarakat. Secara umum, orang-orang akan lebih percaya ke kita jika kita otentik karena kita ngomong apa adanya secara jujur dan terbuka. Beban  kita juga lebih ringan, karena bebas membuat karya yang kita sukai.
Pasar terapung ini sebenarnya hanya buka di hari-hari tertentu, dan saya beruntung saat berkunjung kesini, pasar terapung tradisional ini buka, padahal awalnya saya pikir pasar ini buka setiap hari.
Pasar terapung ini sebenarnya hanya buka di hari-hari tertentu, dan saya beruntung saat berkunjung kesini, pasar terapung tradisional ini buka, padahal awalnya saya pikir pasar ini buka setiap hari.

Faktor “Luck”

Faktor yang eksternal yang menentukan kesuksesan seseorang adalah keberuntungan. Seringkali orang yang percaya diri dan pintar merasa sukses itu karena kualitas dirinya sendiri, tapi realitasnya, faktor keberuntungan ini cukup besar porsinya yang dapat melejitkan kesuksesan maupun menghancurkan. Sebagian besar orang menjadi sombong karena mengganggap kesuksesannya karena kepintaran diri sendiri padahal sebagian besar karena faktor “luck.” Kontrasnya, sewaktu gagal, sebagian besar orang mengatributkan kegagalan karena faktor keberuntungan, bukan karena kualitas diri yang masih kurang baik.
Tidak usah jauh-jauh, misalnya saat jalan-jalan untuk hunting landscape, meskipun kita pergi di musim kemarau, tapi bisa jadi yang didapatkan adalah hari yang mendung seharian, dan matahari tidak terlihat baik sunrise maupun sunset. Tapi kadangkala juga kita beruntung karena ketika pergi ke lokasi, kondisi cuaca sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Dalam fotografi candid/dokumentasi juga demikian, ada istilah decisive moment, dimana ada momen dimana aksi dalam posisi puncak. Hal ini kadang tergantung keberuntungan fotografer. Jika dia berada pada posisi yang pas dan membawa kamera dan lensa yang cocok detik itu, dia akan bisa menangkap momen itu dengan baik.
Untuk menjinakkan faktor Luck ini, yang penting menurut saya adalah kita harus siap mental dan mencoba melakukan yang terbaik yang kita bisa. Jika ada kesempatan yang baik, cobalah ambil kesempatan tersebut sebaik-baiknya.

Kesimpulan

Saat profesor saya membabarkan tentang hal ini, ada murid yang bertanya, kalau kita lemah di satu atau dua pilar, apakah masih ada kemungkinan kita bisa sukses? Profesor Gruver menjawab, “Bisa saja, asalkan pilar yang kuat sangat menonjol.”Jadi syukurlah, meskipun kita lemah di satu pilar, kita bisa menguatkan pilar-pilar yang lain supaya bisa sukses! Sekedar mengingatkan, kalau hal-hal diatas adalah sebuah teori dan pemikiran, jika merasa ada manfaatnya, silahkan dipelajari dan dipraktikkan. Semoga sukses di dalam karir, usaha maupun fotografi.

0 komentar:

Posting Komentar

Search