Pages

Kamis, 20 November 2014

Pantai Coro, Surga Pribadi Di Ujung Selatan

13882356571889807797
Pantai Coro dari Atas Bukit
Bingung mau liburan kemana? yang tidak macet, bisa buat fresh pikiran, dan murah pula. Mungkin Kompasianer semua bisa mencoba lokasi yang saya tuju saat liburan natal kemarin, Pantai Coro.

Hahhh, CORO???

Tenang, jangan langsung membayangkan kecoa atau semacamnya. Di Pantai Coro dijamin tidak ada kecoa sama sekali. Teman saya sekaligus guide selama perjalanan menulusuri pantai tersebut juga tidak tahu kenapa dinamakan pantai Coro. Sudah lah jangan mikirin asal muasalnya.
Pantai Coro terletak di selatan Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Tulungagung. Bagi kompasianer yang berasal dari Jawa Timur, pasti sudah tak asing dengan ikon wisata Tulungagung, yakni pantai Popoh. Lokasi pantai Coro sendiri bersebelahan dengan pantai Popoh, tepat di sebelah timur. Namun ada bedanya, pantai Popoh mudah diakses tetapi pantai Coro sedikit butuh perjuangan untuk mencapainya. Dari pusat kota Tulungagung, menuju ke selatan sejauh 35 km. Sudah jarang kendaraan umum yang mengangkut penumpang dari tengah kota menuju pantai Popoh. Jadi, untuk mencapai pantai Coro, kendaraan yang bisa diandalkan adalah kendaraan pribadi atau sewa.

Karena letaknya yang bersebelahan dengan pantai Popoh, pintu masuk pantai Coro juga bersatu dengan pantai Popoh. Setelah melewati pintu gerbang, jalan bercabang dua. Arah kanan mengarah ke pantai Popoh dan kiri mengarah ke pantai Coro. Saat terlihat monumen reco sewu (arca seribu) disitulah kendaraan harus berhenti. Lokasi parkir terletak dekat dengan reco sewu dan di parkiran tersebut ada satu-satunya kios makanan ringan (snack) dan minuman. Oleh sebab itu, bagi petualang yang tidak membawa bekal bisa membeli di situ juga karena selama perjalanan maupun di lokasi pantai sudah tidak ada lagi kios yang ditemukan.

Jarak dari parkir menuju pantai sekitar 2 km dan waktu yang diperlukan untuk menuju pantai Coro kurang lebih 30 menit. Meskipun terbaca cukup jauh dan lama, suguhan selama perjalanan cukup menyenangkan. Perjalanan menuju pantai Coro di mulai dengan melintasi perumahan penduduk dan dilanjutkan melewati perbukitan. Ladang penduduk terhampar sepanjang bukit menuju pantai Coro. Bila cuaca cerah, jalanan enak dilalui, tapi jika cuaca hujan bersiaplah melewati jalan berlumpur. Padi, pisang, ketela pohon dan beberapa pohon jati menjadi komoditas yang di tanam penduduk sekitar. Tapi jangan diambil untuk perbekalan ya, kecuali kepepet, hahaha. Bukan cuma ladang, pemandangan lain yang bisa dinikmati adalah tujuh sungai yang harus dilalui sebelum mencapai lokasi pantai. Saat bertanya pada penduduk setempat, pasti mereka akan menjawab pantai coro ada setelah melewati tujuh kali (sungai).
Seru bukan….

Tenang, jangan bayangkan sungai yang akan dilewati seperti Bengawan Solo, Musi, atau Kapuas yang lebar sekaligus dalam. Ke tujuh sungai itu lebarnya hanya 1 sampai 3 meter dengan kedalaman hanya sampai mata kaki saja. Sungai pertama yang dilalui merupakan sungai terlebar, yakni sekitar 3 meter. Bila pun selama perjalanan merasa capai dan butuh istirahat, kita bisa berteduh sejenak di gubuk - gubuk penduduk.

13882354641948008010
Jalan Setapak menuju Pantai Coro

Setelah berlelah-lehan selama 30 menit, penat akan langsung terbayar saat bulan sabit muncul dari balik bukit. Yap, itulah pantai Coro yang masih perawan, berpasir putih. Layaknya surga pribadi dunia, di pantai ini bisa berjemur sepuasnya maupun bermain air sampai capai tanpa takut keramaian dari pengunjung lain. Keindahan pantai Coro sangat dipengaruhi cuaca, bila sedang musim hujan, bersiaplah menemui ombak besar dan air laut naik. So, jika anda ingin mengunjungi pantai Coro, sebaiknya saat musim kemarau saja.

1388235020113153521

13882348321811490662

0 komentar:

Posting Komentar

Search